Rabu, 05 Maret 2014

Abu BakarPendahuluan
       Peran apakah yang dipilih Allah untuk Abu Bakar? Allah telah memilih Muhammada SAW sebagai manusia pilihan untuk menyampaikan wahyuNya. Seorang lelaki yang dinanti untuk menjadi pendamping jatuh pada Abu Bakar. Beliau menjadi pendamping Muhammad dan menjadi estafet kepemimpinan islam yang di bawa rasulullah.
1. Pasti Akan Muncul Pada Saatnya
       Kota Mekah…
Kota Mekah merupakan tempat suci yang ditengah-tengahnya terdapat ka’bah, tempat suci yang semenjak nabi Ibrahim dan putranya Ismail membangun fundamen dan sendi-sendinya.  Penduduk Mekah pada awalnya menyeru kapada agama tauhid dan hanif. Namun hingga suatu hari datanglah orang yang menjadikan ka’bah tempat berhala-berhala yang dipuja sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Berhala-berhala yang jumlahnya ratusan yang diantaranya: lata, ‘uzza, manata, usaf, Nailah dan hobal. Tidak hanya itu, dibelahan bumi lainnya terjadi penyembahan terhadap dewa-dewa, api, matahari dan bintang.Melihat keadaan penduduk mekah yang begitu mengagungkan berhala mereka,  sosok pemuda yang menjadi pengumpul diyat dikalangan masyarakatnya memiliki keyakinan yang bertentangan. 
        Abu Bakar, seorang pemuda yang lebih menyenangi bercengkrama dan berkunjung kepada tiga orang tokoh agama Ibrahim. Mereka yakni Qus bin sa’idah al iyyadi, Zaid bin ’Amr bin Nufeil dan Waraqah bin Naufal. Ucapan-ucapan mereka menjadi hikmah bagi Abu Bakar. Namun usia mereka telah lanjut. Abu Bakar menjadi cemas kepada siapa ia akan mendengarkan hikmah lagi. 
        Hingga muncullah seseorang yang menjadi contoh baginya Muhammad, dan tentramlah hati Abu Bakar.Hingga kemudian salah seorang tokoh yakni Zaid bin ‘amr menyeruak kedalam barisan orang-orang yang mengelilingi ka’bah dan berseru sekeras-kerasnya tanpa merasa takut dengan berkata:“ya Rabbi1 saya terima suatu kebenaran itu sebagai kebenaran. Saya beribadat dan memperhambakan diri hanya kepada-Mu. Saya hanya berlindung kepada dzat yang menjadi tempat berlindung Nabi Ibrahim. Dan kuserahkan diriku kepada Dzat tempat bumi menyerahkan dirinya, yakni bumi yang menghamparkannya dengan batu-batuan yang tak terkira jumlahnya, yang kemudian dijadikanNya gunung-gunung untuk mengukuhkan kedudukannya. Dan kuserahkan diriku kepada Dzat tempat awan menyerahkan dirinya, yakni awan hitam yang membawa air, yang sejuk dan tawar rasany.”Kata Abu Bakar dalam hati:“Demi Tuhan Ibrahim, inilah sebenarnya yang hak! Tetapi bagaimana caranya? Serta bilakah masanya kita kan beroleh keyakinan terhadapNya?”
        Kerinduan yang mendesak terhadap kebenaran semakin bergelora dalam jiwa Abu Bakar…. 

Tapi siapa yang mampu membimbing kepadanya….? 
Sungguh, sampah-sampah takhayul dan lumpur-lumpur dongeng telah melumuri hakikat agam… 
kebenaran telah berganti dengan kesesatan dan kekacau-balauan. Tapi, walaupun demikian pemuja-pemuja berhala itu (di Mekah mengaku bahwa mereka adalah anak cucu Nabi Ibrahim. Demikian pula orang-orang Yahudi dan Nasrani di Siria, yang sering dijumpai oleh Abu Bakar dalam perjalanan niaganya, juga mengatakan bahwa mereka adalah juga keturunan dan ahli warisnya. 
Padahal pertentangan di antara mereka menampakkan diri dengan amat tanjamnya….
        Maka siapakah yang akan menyampaikan kepada kita kebenaran yang nyata? Siapakah yang akan mengembalikan agama Ibrahim kepada kita dan mengembalikan kita kepada agamanya?Siapa pula yang akan menunjukkan kepada kita syariat dan tatacara yang akan kita pergunakan untuk beribadat kepada Tuhan yang sebenarnya, begitu pula untuk meluruskan jalan kehidupan kita…? Tiba-tiba terlintaslah dalam ingatannya suatu pemandanyan yang amat mengagumkan… yang pernah dilihatnya kira-kira lima tahun yang lalu, yakni sewaktu orng-orang Quraisy selesai memperbaharui ka’bah dan bermaksud hendak mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya semula…“inilah Muhammad al-Amin ….!Ia-lah hakim kita yang terbaik…”Sementara kenangan itu mempesona pikirannya, mulut Abu Bakar bergumam dan hatinya berkata:“Benar, ia adalah hakim yang terbaik dan penyelamat yang terbaik …..”

       2. Jika Ia Yang Mengatakannya, Maka Benar
       Abu Bakar yang menyadari kebaikan dalam diri Muhammad meneguhkan hati bahwa Muhammadlah yang akan menunjukkan jalan menuju Allah. Ketika rombongan niaga Abu Bakar berjumpa dengan rombongan niaga Abu Jahal, saat itu Abu jahal berkata bahwa “tahukah engkau tentang sahabat mu wahai Atiq?, ia telah mengaku bahwa dirinya adalah Rasul yang dipilih Allah”Abu Bakar menjawab dengan air mata yang berlinang, “apakah ia berkata begitu? Jika ia yang mengtakannya, maka itu benar”Abu bakar tak merasakan ragu sedikitpun akan berita tersebut, ya itulah sebabnya ia diberi gelar shiddiq.Dan ketika Rasulullah mengatakan bahwa beliau mengalami peristiwa isra’ mi’raj, kaum Quraisy menertawakan beliau.           Namun ketika orang-orang Quraisy menyampaikan hal itu kepada Abu Bakar, dengan keyakinan Abu Bakar berkata, dengan semboyannya yang terkenal :“jika demikian, maka benarlah ia!”Dan saat terjadi perselisihan tentang perjanjian dengan kaum Quraisy mekah, Umar bertanya kepada Rasulullah akan keputusan yang diambil. Rasulullah menjawab sebagimana bisanya. Namun kegundahan hati Umar masih belum terjawab, dan setelah bertanya kepada rasulullah, yang berikutnya adalah Abu Bakar. Prtanyaan yang sama diajukan serta jawaban yang sama juga di dapatkan dari Abu Bakar. Dan Abu bakar berkata,“Hai bung, ia adalah rasulullah, dan sekali-kali Ia takkan mendurhakai-Nya! Sungguh ia adlah pembelanya, maka ber pegang teguhlah pada kendalinya, karena demi Alla ia berda diatas kebenaran!’Allah swt. Pun menurunkan ketentraman ke dalam hatiku dan yakinlah daku bahwa ia dalam kebenaran.”
        Begitulah Abu Bakar dengan tenang, yakin dan teguh senantiasa dalam mengikuti Muhammad, hingga saat kematian Rasulullah. Umar yang begitu tegar terlihat begitu gelisah maka betapa jadinya keadaan kaum muslimin lainnya…. Namun Abu berdiri di hadapan kaum muslimin dan berkata:“Hai kaum muslimin! Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan takkan mati!” dengan dibarengi pembacaan ayat Ali-Imran : 144. 
        Sebagaimana Allah swt. Telah memilih Muhammad saw untuk menjadi Rasul bagi umat manusia, maka pada waktu yang bersamaan Ia pun memilih Abu Bakar r.a. untuk meneruskan misinya. 
        3. Walaupun Serigala-Serigala Akan Menyambar Saya
Kedudukan Abu Bakar shiddiq setelah hari wafatnya Rasulullah saw. Tak obahnya bagaikan sebuah kompas, yang menentukan haluan sejarah terhadap seorang tokoh yang akan mengisi kekosongan besar yang ditinggalkan Rasulullah saw…Hingga suatu saat Abu Bakar memutuskan untuk memerangi golongan yang memisahkan antara zakat dengan shalat. Dan yang teguh pendirian ini pun menetapkan pendiriannya seperti biasa untuk tetap mengirim pasukan dibawah komando yang telah ditetapkan oleh Rasulullah yakni Usamah. Saat yang bersamaan keadaan kota madinah pun bergejolak. Namun Abu Bakar Berkata:“Teruskanlah pengiriman Usamah..!Demi Allah, walaupun saya akan disambar oleh serigala-serigala, saya akan melaksanakannya sebagaimana diperintahkan Rasulullah, dan saya sekali-kali takkan melanggar putusan yang telah ditetapkannya” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar