Senin, 12 Mei 2014

60 sahabat Rasulullah saw
1) Biografi Mush’ab bin ‘Umayr
Mush’ab bin ‘Umayr adalah salah seorang sahabat nabi Nabi Muhammad yang memeluk Islam pada masa awal keislaman. Ia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan. Pada waktu remaja ia menjadi buah bibir gadis-gadis Mekah dikarenakan wajahnya yang rupawan, kekayaan, otak yang cerdas dan akhlaknya yang baik. Nama sebenarnya adalah Mush’ab bin ‘Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf al-‘Abdary al-Qursy. Digelari ‘Safir al-islam’(Duta Islam) dan Mush’ab al-Khoir’(Mush’ab yang bijak), ‘al-Qori ‘(tukang baca). Beliau adalah diantara sahabat pemberani. Beliau wafat sebagai syahid pada tahun 3 Hijriah, berumur 40 tahun (atau lebih sedikit).
Biografi Mush’ab bin ‘Umayr dari Biografi Web
Dalam sejarah perkembangan Islam, beliau adalah duta pertama yang pernah dikirim Rasulullah ke Madinah bersama dua belas laki-laki yang baru masuk Islam dari Yatsrib (sekarang Madinah) untuk ikut dalam pembaiatan ‘Aqobah pertama’. Tujuan pengutusan beliau, agar bisa mengajarkan kepada yang lain. Inilah sejarah ‘duta’(safir) atau Ambassador’ dalam Islam.
Mus’ab bin Umair berasal dari keturunan bangsawan dari suku Quraisy. Ia adalah salah satu sahabat yang pertama dalam memeluk Islam setelah Nabi Muhammad saw diangkat sebagai Nabi dan menyebarkan agama Islam. Mus’ab bin Umair diutus oleh Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan dan mengajarkan agama Islam di Madinah, setelah orang-orang dari Madinah datang menyatakan keislamannya. Ia di Madinah hingga Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah. Mus’ab bin Umair mati syahid di Pertempuran Uhud.
Suatu hari ia mendengar berita mengenai Muhammad SAW dan apa yang diajarkannya. Iapun tertarik dan memutuskan untuk pergi ke Darul Arqom, suatu tempat dimana kaum Muslim berkumpul dan belajar. Disana ia mendengar ayat-ayat Al-Qur’an yang begitu mempesona. Hatinya menjadi tenang dan damai mendengar untaian ayat-ayat tersebut. Maka Mush’abpun memutuskan untuk memeluk ajaran baru ini. Namun ibunda Mush’ab adalah seorang yang berkepribadian kuat, pendiriannya tidak dapat ditawar-tawar. Oleh sebab itu Mush’ab memutuskan untuk sementara menyembunyikan keislamannya. Namun tak lama kemudian ibundanya mengetahui hal tersebut. Iapun berusaha membujuk agar Mush’ab mau kembali memeluk ajaran leluhurnya namun Mush’ab menolak sehingga akhirnya ia putus asa dan menghentikan pemberian keuangan serta mengurung Mush’ab di kamarnya dan melarangnya keluar rumah.
Beberapa waktu kemudian Mush’ab mendengar berita bahwa beberapa orang Muslim hijrah ke Habasyi (Ethiopia). Segera Mushabpun memutuskan untuk melarikan diri dan ikut bergabung bersama orang-orang Muslim untuk hijrah ke Habasyi. Beberapa waktu kemudian karena terdengar desas-desus bahwa pihak Quraisy telah mengurangi tekanan terhadap Muslim, mereka memutuskan untuk kembali ke Mekah, begitu pula Mush’ab. Mereka segera menemui Rasulullah dan para sahabat. Demi melihat Mush’ab, Rasulullah menitikkan airmata, penampilan Mush’ab sungguh berbeda, ia berpakaian usang dengan tambalan disana-sini. Rasulullah menatapnya dengan penuh kasih sayang dan bersabda: “ Dahulu aku lihat Mush’ab ini tak ada yang mengimbangi dalam hal memperoleh kesenangan dari orang-tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan RasulNya”.
Setelah peristiwa baiat Aqabah ke 1 pada tahun ke 11 kenabian, Mush’ab ditugasi Rasulullah sebagai duta Muslim ke Madinah untuk mengajarkan Al-Quran dan berbagai pengetahuan lain mengenai Islam kepada penduduk disana. Berkat kecerdasan, kesabaran dan kebesaran jiwanya ia berhasil mengajak sebagian besar masyarakat kota itu untuk memeluk Islam. Itulah sebabnya ia dikenal dengan panggilan Muqri’ul Madinah ( Nara sumber Madinah). Dan sejak itu pula setiap orang yang mengajarkan Al-Qur’an disebut “Mush’ab”. Kemudian pada musim haji tahun berikutnya Mush’ab berhasil mengajak lebih dari 70 kaum Muslimin ke Mekkah dimana kemudian terjadi perjanjian Aqabah 2. Sejak saat itu Mush’ab tidak pernah absen menyertai Rasulullah berperang.
Dalam perang Uhud Mush’ab dipercaya Rasulullah sebagai pembawa bendera pasukan. Peperangan berlangsung sengit .Mulanya pasukan Muslim bisa menguasai keadaan namun ketika pasukan pemanah yang ditugasi untuk bertahan diatas bukit melanggar perintah dikarenakan tergiur oleh banyaknya ghonimah ( pampasan perang ) yang tertinggal di hadapan mereka, keadaan menjadi berubah terbalik. Tanpa diduga pasukan kafir yang dipimpin Khalid bin Walid yang waktu itu belum memeluk Islam menyerang-balik dari balik bukit sehingga pasukan Muslim kocar-kacir. Pada saat yang genting itulah beredar berita bahwa Rasulullah telah meninggal. Mush’ab sangat terkejut. Namun yang paling dikhawatirkannya adalah nasib kelanjutan ajaran Islam. Ia khawatir kenyataan tersebut akan segera menyurutkan dan memadamkan ajaran yang baru saja tumbuh itu.
Lalu iapun segera meneriakkan “ Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul ” sambil mengacungkan bendera tinggi-tinggi dan bertakbir sembari menyerang musuh dengan gagah berani. Namun kemudian pihak musuh berhasil menebas tangannya hingga putus. Mush’ab segera memindahkan bendera ke tangan kirinya namun kalipun ia tidak berhasil menghindar serangan lawan sehingga tangan kirinya juga ditebas pedang musuh. Mush’ab segera membungkuk kearah bendera lalu dengan kedua pangkal lengannya meraihnya ke dada sambil terus bertakbir. Namun kali ini lawan menyerangnya dengan menusukkan tombak ke dada Mush’ab. Mush’ab pun gugur sebagai seorang syuhada yang gagah berani.
Diakhir perang, Rasulullah beserta para sahabat meninjau medan perang dan mendapati jasad Mush’ab. Tak sehelaipun kain untuk menutupinya selain sehelai burdah yang andai ditaruh di atas kepalanya terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya bila ditutup kakinya maka terbukalah kepalanya. Maka Rasulullah bersabda : ” Tutupkanlah ke bagian kepalanya , kakinya tutuplah dengan rumput idzkir!”.
Itulah akhir perjuangan Mush’ab bin Umair dalam menegakkan agama yang dengan tidak gentar menghadapi musuh-musuh Allah, yaitu orang-orang yang enggan mengakui bahwa “Tiada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah”( Laa ilaaha illaLLAH wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah).
“ Katakanlah: “Ta`atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.(QS. Ali Imran(3):32).
Itulah kalimat Tauhid, kalimat yang mampu mengantarkan manusia menuju ridho Sang Khalik, karena memang Dialah yang menciptakan manusia, langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya. Dialah Zat satu-satunya yang memegang jiwa dan hidup seseorang. Itulah kalimat Syahadat yang merupakan pintu gerbang ke-Islam-an seseorang. Sebuah pengakuan yang akan mengantarkannya kepada kebebasan dan kemerdekaan dari penyembahan, kepatuhan dan ketundukan kepada selain Allah SWT.
“Katakanlah (hai orang-orang mu’min): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.(QS.Al-Baqarah(2):136).
Syahadat adalah inti ajaran Islam yang mengajarkan keadilan dan persamaan hak. Manusia disisi Allah adalah sama hanya ketakwaan yang membedakannya .
“ Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.(QS.Al-Baqarah(2):132).
Seorang Muslim minimal 5 kali dalam sehari dalam shalatnya mengikrarkan sebuah janji melalui doa Iftitah, yang mustinya diikuti dengan pelaksanaan janji tersebut bahwa hidup dan matiku hanyalah untukMu, Yaa Allah.
“ Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS.Al-An’aam(6):161-163).

Jumat, 28 Maret 2014

saat ketidak pedulian membuat jauh...
cukuplah hanya aku dan Tuhan yang tau
membawa akal dan hati yang utuh disini
toh peduli juga tak mampu mengubah yang terjadi
kenapa dengan mereka?
siapa mereka?
pentingkah mereka?
cukuplah aku dan Tuhan yang tau
tak perlu pergi mencari tentang mereka
benar atau betul mereka hanya sebuah ilusi
biarlah aku tetap disini
dengan hati dan akal ku yang jernih
tapi...
bagaimana dengan keperluanku?
kenapa, apa yang salah dengan keperluanku?
siapa aku hingga keperluanku tak dipenuhi?
kenapa aku tidak dianggap penting?
tak ada yang menjawab
hanya  jauh yang ku dapat
karna ketidak pedulian yang menjadi sebab
hingga jauh, jauh dan
inilah jawaban ketika ketidak pedulian membuatku jauh...
by : nurjumiwati

inspirasi dari mahasiswa yang enggan untuk peduli akan peristiwa yang terjadi pada bangsa dan negara

Rabu, 19 Maret 2014

Pahlawan Atau Bukan Dirimu Tetap Dirimu
“Jangan kalian kira mereka yang syahid dijalan Allah telah mati, sesungguhnya mereka hidup dengan memperoleh nikmat yang besar di sisi Allah swt”.
            Perang Uhud perang yang menyisakan luka di hati para kaum muslimin. Luka karna telah melanggar perintah rasulullah saw yang meminta para pemanah tetap diam diatas bukit apapun yang terjadi. Namun mereka melanggar, karna tergiur akan harta rampasan perang sehingga melupakan posisi yang sangat penting dalam peperangan yang terjadi. Banyak para sahabat yang gugur dimedan peperangan, bahkan rasulullah saw dikabarkan meninggal dalam peperangan. Sehingga saat terjadi kekacauan dikalangan kaum muslimin, tidak sedikit yang memilih untuk mundur kebelakang. Namun tidak sedikit juga pada saat itu ada sahabat yang setia melindungi rasulullah saw. Menjadi tameng pelindung dari serangan musuh, sehingga ia gugur. Ada juga sahabat yang tetap memberikan kobaran semangat kepada kaum muslimin yang begitu kacau sehingga saling terbunuh dalam barisan muslimin. “tetaplah pada perjuangan, sesungguhnya kita tidak rela apabila kelak islam ini tidak adalagi di muka bumi”.
            Kembali semangat untuk terus berjuang demi agama yang hak, tertancap dihati para sahabat. Barisan dipersatukan kembali dengan berkumpul bersama di antara rasulullah saw. sehingga dapat membalas serangan dari pihak musuh, dan berakhir dengan kekalahan yang hampir sama. Belajar dari keteguhan dan ketulusan hati para sahabat Uhud, sungguh luar biasa. Muncul pertanyaan akan sikap berani mereka. Sebenarnya apakah yang menyebabkan kalian mampu tetap kuat, yakin dan tetap berjuang untuk senantiasa melindungi rasulullah saw?. Sebenarnya apakah yang membuat  kalian terus bersemangat dalam mengobarkan jihad dihati kaum muslimin, wahai sahabat Uhud?. Tentunya bukan gelar syahid yang kalian tuju. Tentunya bukan gelar  pahlawan yang kalian harapkan. Bukan gelar, sungguh bukan gelar yang kalian inginkan. Bukan hal seperti itu.
            “sesungguhnya Allah swt membeli jiwa dan harta orang mukmin dengan surga Allah swt. Dengan jihad Dan bertakwa kepada Allah swt. Beruntunglah orang yang berdagang dijalan Allah”. Saat menjadi tameng untuk melindungi rasulullah dari serangan para kafir quraisy terbersitkah didalam hatimu wahai para sahabat, “hal ini agar kelak ku digelar pahlawan”?. Saat mengobarkan semangat kaum muslimin yang sempat goyah karna berita kematian rasulullah, adakah didalam hatimu berkata “ini agar kelak aku digelar pahlawan”?. Tidak wahai sahabat, bagiku engkau bukanlah pahlawan, bagiku kalian bukanlah pahlawan. Bagiku engkau adalah engkau, dan bagiku dirimu adalah dirimu, para sahabat setia yang berjuang karna semata-mata mengharapkan keridhaan rabNya, para sahabat setia yang berjuang semata-mata melindungi agama yang haq dan pemberi risalahNya, para sahabat setia yang tidak mengharapkan untuk di gelar pahlawan bagi para pembaca sirahnya. “Cukuplah Allah dan RasulNya bagiku, pahlawan atau bukan aku tetaplah aku”. Ya pahlawan atau bukan dirimu tetaplah dirimu. “para sahabat Uhud”.


By : nurjumiwati

Rabu, 05 Maret 2014

Abu BakarPendahuluan
       Peran apakah yang dipilih Allah untuk Abu Bakar? Allah telah memilih Muhammada SAW sebagai manusia pilihan untuk menyampaikan wahyuNya. Seorang lelaki yang dinanti untuk menjadi pendamping jatuh pada Abu Bakar. Beliau menjadi pendamping Muhammad dan menjadi estafet kepemimpinan islam yang di bawa rasulullah.
1. Pasti Akan Muncul Pada Saatnya
       Kota Mekah…
Kota Mekah merupakan tempat suci yang ditengah-tengahnya terdapat ka’bah, tempat suci yang semenjak nabi Ibrahim dan putranya Ismail membangun fundamen dan sendi-sendinya.  Penduduk Mekah pada awalnya menyeru kapada agama tauhid dan hanif. Namun hingga suatu hari datanglah orang yang menjadikan ka’bah tempat berhala-berhala yang dipuja sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Berhala-berhala yang jumlahnya ratusan yang diantaranya: lata, ‘uzza, manata, usaf, Nailah dan hobal. Tidak hanya itu, dibelahan bumi lainnya terjadi penyembahan terhadap dewa-dewa, api, matahari dan bintang.Melihat keadaan penduduk mekah yang begitu mengagungkan berhala mereka,  sosok pemuda yang menjadi pengumpul diyat dikalangan masyarakatnya memiliki keyakinan yang bertentangan. 
        Abu Bakar, seorang pemuda yang lebih menyenangi bercengkrama dan berkunjung kepada tiga orang tokoh agama Ibrahim. Mereka yakni Qus bin sa’idah al iyyadi, Zaid bin ’Amr bin Nufeil dan Waraqah bin Naufal. Ucapan-ucapan mereka menjadi hikmah bagi Abu Bakar. Namun usia mereka telah lanjut. Abu Bakar menjadi cemas kepada siapa ia akan mendengarkan hikmah lagi. 
        Hingga muncullah seseorang yang menjadi contoh baginya Muhammad, dan tentramlah hati Abu Bakar.Hingga kemudian salah seorang tokoh yakni Zaid bin ‘amr menyeruak kedalam barisan orang-orang yang mengelilingi ka’bah dan berseru sekeras-kerasnya tanpa merasa takut dengan berkata:“ya Rabbi1 saya terima suatu kebenaran itu sebagai kebenaran. Saya beribadat dan memperhambakan diri hanya kepada-Mu. Saya hanya berlindung kepada dzat yang menjadi tempat berlindung Nabi Ibrahim. Dan kuserahkan diriku kepada Dzat tempat bumi menyerahkan dirinya, yakni bumi yang menghamparkannya dengan batu-batuan yang tak terkira jumlahnya, yang kemudian dijadikanNya gunung-gunung untuk mengukuhkan kedudukannya. Dan kuserahkan diriku kepada Dzat tempat awan menyerahkan dirinya, yakni awan hitam yang membawa air, yang sejuk dan tawar rasany.”Kata Abu Bakar dalam hati:“Demi Tuhan Ibrahim, inilah sebenarnya yang hak! Tetapi bagaimana caranya? Serta bilakah masanya kita kan beroleh keyakinan terhadapNya?”
        Kerinduan yang mendesak terhadap kebenaran semakin bergelora dalam jiwa Abu Bakar…. 

Tapi siapa yang mampu membimbing kepadanya….? 
Sungguh, sampah-sampah takhayul dan lumpur-lumpur dongeng telah melumuri hakikat agam… 
kebenaran telah berganti dengan kesesatan dan kekacau-balauan. Tapi, walaupun demikian pemuja-pemuja berhala itu (di Mekah mengaku bahwa mereka adalah anak cucu Nabi Ibrahim. Demikian pula orang-orang Yahudi dan Nasrani di Siria, yang sering dijumpai oleh Abu Bakar dalam perjalanan niaganya, juga mengatakan bahwa mereka adalah juga keturunan dan ahli warisnya. 
Padahal pertentangan di antara mereka menampakkan diri dengan amat tanjamnya….
        Maka siapakah yang akan menyampaikan kepada kita kebenaran yang nyata? Siapakah yang akan mengembalikan agama Ibrahim kepada kita dan mengembalikan kita kepada agamanya?Siapa pula yang akan menunjukkan kepada kita syariat dan tatacara yang akan kita pergunakan untuk beribadat kepada Tuhan yang sebenarnya, begitu pula untuk meluruskan jalan kehidupan kita…? Tiba-tiba terlintaslah dalam ingatannya suatu pemandanyan yang amat mengagumkan… yang pernah dilihatnya kira-kira lima tahun yang lalu, yakni sewaktu orng-orang Quraisy selesai memperbaharui ka’bah dan bermaksud hendak mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya semula…“inilah Muhammad al-Amin ….!Ia-lah hakim kita yang terbaik…”Sementara kenangan itu mempesona pikirannya, mulut Abu Bakar bergumam dan hatinya berkata:“Benar, ia adalah hakim yang terbaik dan penyelamat yang terbaik …..”

       2. Jika Ia Yang Mengatakannya, Maka Benar
       Abu Bakar yang menyadari kebaikan dalam diri Muhammad meneguhkan hati bahwa Muhammadlah yang akan menunjukkan jalan menuju Allah. Ketika rombongan niaga Abu Bakar berjumpa dengan rombongan niaga Abu Jahal, saat itu Abu jahal berkata bahwa “tahukah engkau tentang sahabat mu wahai Atiq?, ia telah mengaku bahwa dirinya adalah Rasul yang dipilih Allah”Abu Bakar menjawab dengan air mata yang berlinang, “apakah ia berkata begitu? Jika ia yang mengtakannya, maka itu benar”Abu bakar tak merasakan ragu sedikitpun akan berita tersebut, ya itulah sebabnya ia diberi gelar shiddiq.Dan ketika Rasulullah mengatakan bahwa beliau mengalami peristiwa isra’ mi’raj, kaum Quraisy menertawakan beliau.           Namun ketika orang-orang Quraisy menyampaikan hal itu kepada Abu Bakar, dengan keyakinan Abu Bakar berkata, dengan semboyannya yang terkenal :“jika demikian, maka benarlah ia!”Dan saat terjadi perselisihan tentang perjanjian dengan kaum Quraisy mekah, Umar bertanya kepada Rasulullah akan keputusan yang diambil. Rasulullah menjawab sebagimana bisanya. Namun kegundahan hati Umar masih belum terjawab, dan setelah bertanya kepada rasulullah, yang berikutnya adalah Abu Bakar. Prtanyaan yang sama diajukan serta jawaban yang sama juga di dapatkan dari Abu Bakar. Dan Abu bakar berkata,“Hai bung, ia adalah rasulullah, dan sekali-kali Ia takkan mendurhakai-Nya! Sungguh ia adlah pembelanya, maka ber pegang teguhlah pada kendalinya, karena demi Alla ia berda diatas kebenaran!’Allah swt. Pun menurunkan ketentraman ke dalam hatiku dan yakinlah daku bahwa ia dalam kebenaran.”
        Begitulah Abu Bakar dengan tenang, yakin dan teguh senantiasa dalam mengikuti Muhammad, hingga saat kematian Rasulullah. Umar yang begitu tegar terlihat begitu gelisah maka betapa jadinya keadaan kaum muslimin lainnya…. Namun Abu berdiri di hadapan kaum muslimin dan berkata:“Hai kaum muslimin! Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan takkan mati!” dengan dibarengi pembacaan ayat Ali-Imran : 144. 
        Sebagaimana Allah swt. Telah memilih Muhammad saw untuk menjadi Rasul bagi umat manusia, maka pada waktu yang bersamaan Ia pun memilih Abu Bakar r.a. untuk meneruskan misinya. 
        3. Walaupun Serigala-Serigala Akan Menyambar Saya
Kedudukan Abu Bakar shiddiq setelah hari wafatnya Rasulullah saw. Tak obahnya bagaikan sebuah kompas, yang menentukan haluan sejarah terhadap seorang tokoh yang akan mengisi kekosongan besar yang ditinggalkan Rasulullah saw…Hingga suatu saat Abu Bakar memutuskan untuk memerangi golongan yang memisahkan antara zakat dengan shalat. Dan yang teguh pendirian ini pun menetapkan pendiriannya seperti biasa untuk tetap mengirim pasukan dibawah komando yang telah ditetapkan oleh Rasulullah yakni Usamah. Saat yang bersamaan keadaan kota madinah pun bergejolak. Namun Abu Bakar Berkata:“Teruskanlah pengiriman Usamah..!Demi Allah, walaupun saya akan disambar oleh serigala-serigala, saya akan melaksanakannya sebagaimana diperintahkan Rasulullah, dan saya sekali-kali takkan melanggar putusan yang telah ditetapkannya”