60 sahabat Rasulullah saw
1) Biografi Mush’ab bin ‘Umayr
Mush’ab
bin ‘Umayr adalah salah seorang sahabat nabi
Nabi Muhammad yang memeluk Islam pada masa awal keislaman. Ia lahir dan
dibesarkan dalam kesenangan. Pada waktu remaja ia menjadi buah bibir
gadis-gadis Mekah dikarenakan wajahnya yang rupawan, kekayaan, otak yang cerdas
dan akhlaknya yang baik. Nama sebenarnya adalah Mush’ab bin ‘Umair bin Hasyim
bin Abdu Manaf al-‘Abdary al-Qursy. Digelari ‘Safir al-islam’(Duta Islam) dan Mush’ab
al-Khoir’(Mush’ab yang bijak), ‘al-Qori ‘(tukang baca). Beliau adalah diantara
sahabat pemberani. Beliau wafat sebagai syahid pada tahun 3 Hijriah, berumur 40
tahun (atau lebih sedikit).
Dalam
sejarah perkembangan Islam, beliau adalah duta pertama yang pernah dikirim
Rasulullah ke Madinah bersama dua belas laki-laki yang baru masuk Islam dari
Yatsrib (sekarang Madinah) untuk ikut dalam pembaiatan ‘Aqobah pertama’. Tujuan
pengutusan beliau, agar bisa mengajarkan kepada yang lain. Inilah sejarah
‘duta’(safir) atau Ambassador’ dalam Islam.
Mus’ab
bin Umair berasal dari keturunan bangsawan dari suku Quraisy. Ia adalah salah
satu sahabat yang pertama dalam memeluk Islam setelah Nabi Muhammad saw
diangkat sebagai Nabi dan menyebarkan agama Islam. Mus’ab bin Umair diutus oleh
Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan dan mengajarkan agama Islam di Madinah,
setelah orang-orang dari Madinah datang menyatakan keislamannya. Ia di Madinah
hingga Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah. Mus’ab bin Umair mati syahid di
Pertempuran Uhud.
Suatu
hari ia mendengar berita mengenai Muhammad SAW dan apa yang diajarkannya. Iapun
tertarik dan memutuskan untuk pergi ke Darul Arqom, suatu tempat dimana kaum
Muslim berkumpul dan belajar. Disana ia mendengar ayat-ayat Al-Qur’an yang
begitu mempesona. Hatinya menjadi tenang dan damai mendengar untaian ayat-ayat
tersebut. Maka Mush’abpun memutuskan untuk memeluk ajaran baru ini. Namun
ibunda Mush’ab adalah seorang yang berkepribadian kuat, pendiriannya tidak
dapat ditawar-tawar. Oleh sebab itu Mush’ab memutuskan untuk sementara
menyembunyikan keislamannya. Namun tak lama kemudian ibundanya mengetahui hal
tersebut. Iapun berusaha membujuk agar Mush’ab mau kembali memeluk ajaran
leluhurnya namun Mush’ab menolak sehingga akhirnya ia putus asa dan
menghentikan pemberian keuangan serta mengurung Mush’ab di kamarnya dan
melarangnya keluar rumah.
Beberapa
waktu kemudian Mush’ab mendengar berita bahwa beberapa orang Muslim hijrah ke
Habasyi (Ethiopia). Segera Mushabpun memutuskan untuk melarikan diri dan ikut
bergabung bersama orang-orang Muslim untuk hijrah ke Habasyi. Beberapa waktu
kemudian karena terdengar desas-desus bahwa pihak Quraisy telah mengurangi
tekanan terhadap Muslim, mereka memutuskan untuk kembali ke Mekah, begitu pula
Mush’ab. Mereka segera menemui Rasulullah dan para sahabat. Demi melihat
Mush’ab, Rasulullah menitikkan airmata, penampilan Mush’ab sungguh berbeda, ia
berpakaian usang dengan tambalan disana-sini. Rasulullah menatapnya dengan
penuh kasih sayang dan bersabda: “ Dahulu aku lihat Mush’ab ini tak ada yang
mengimbangi dalam hal memperoleh kesenangan dari orang-tuanya, kemudian
ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan RasulNya”.
Setelah
peristiwa baiat Aqabah ke 1 pada tahun ke 11 kenabian, Mush’ab ditugasi
Rasulullah sebagai duta Muslim ke Madinah untuk mengajarkan Al-Quran dan
berbagai pengetahuan lain mengenai Islam kepada penduduk disana. Berkat
kecerdasan, kesabaran dan kebesaran jiwanya ia berhasil mengajak sebagian besar
masyarakat kota itu untuk memeluk Islam. Itulah sebabnya ia dikenal dengan
panggilan Muqri’ul Madinah ( Nara sumber Madinah). Dan sejak itu pula setiap
orang yang mengajarkan Al-Qur’an disebut “Mush’ab”. Kemudian pada musim haji
tahun berikutnya Mush’ab berhasil mengajak lebih dari 70 kaum Muslimin ke
Mekkah dimana kemudian terjadi perjanjian Aqabah 2. Sejak saat itu Mush’ab
tidak pernah absen menyertai Rasulullah berperang.
Dalam
perang Uhud Mush’ab dipercaya Rasulullah sebagai pembawa bendera pasukan.
Peperangan berlangsung sengit .Mulanya pasukan Muslim bisa menguasai keadaan
namun ketika pasukan pemanah yang ditugasi untuk bertahan diatas bukit
melanggar perintah dikarenakan tergiur oleh banyaknya ghonimah ( pampasan
perang ) yang tertinggal di hadapan mereka, keadaan menjadi berubah terbalik.
Tanpa diduga pasukan kafir yang dipimpin Khalid bin Walid yang waktu itu belum
memeluk Islam menyerang-balik dari balik bukit sehingga pasukan Muslim
kocar-kacir. Pada saat yang genting itulah beredar berita bahwa Rasulullah
telah meninggal. Mush’ab sangat terkejut. Namun yang paling dikhawatirkannya adalah
nasib kelanjutan ajaran Islam. Ia khawatir kenyataan tersebut akan segera
menyurutkan dan memadamkan ajaran yang baru saja tumbuh itu.
Lalu
iapun segera meneriakkan “ Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul yang
sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul ” sambil mengacungkan bendera
tinggi-tinggi dan bertakbir sembari menyerang musuh dengan gagah berani. Namun
kemudian pihak musuh berhasil menebas tangannya hingga putus. Mush’ab segera
memindahkan bendera ke tangan kirinya namun kalipun ia tidak berhasil
menghindar serangan lawan sehingga tangan kirinya juga ditebas pedang musuh.
Mush’ab segera membungkuk kearah bendera lalu dengan kedua pangkal lengannya
meraihnya ke dada sambil terus bertakbir. Namun kali ini lawan menyerangnya
dengan menusukkan tombak ke dada Mush’ab. Mush’ab pun gugur sebagai seorang
syuhada yang gagah berani.
Diakhir
perang, Rasulullah beserta para sahabat meninjau medan perang dan mendapati
jasad Mush’ab. Tak sehelaipun kain untuk menutupinya selain sehelai burdah yang
andai ditaruh di atas kepalanya terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya bila
ditutup kakinya maka terbukalah kepalanya. Maka Rasulullah bersabda : ”
Tutupkanlah ke bagian kepalanya , kakinya tutuplah dengan rumput idzkir!”.
Itulah
akhir perjuangan Mush’ab bin Umair dalam menegakkan agama yang dengan tidak
gentar menghadapi musuh-musuh Allah, yaitu orang-orang yang enggan mengakui
bahwa “Tiada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah
Rasul Allah”( Laa ilaaha illaLLAH wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah).
“
Katakanlah: “Ta`atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.(QS. Ali Imran(3):32).
Itulah
kalimat Tauhid, kalimat yang mampu mengantarkan manusia menuju ridho Sang
Khalik, karena memang Dialah yang menciptakan manusia, langit dan bumi serta
apa yang ada diantara keduanya. Dialah Zat satu-satunya yang memegang jiwa dan
hidup seseorang. Itulah kalimat Syahadat yang merupakan pintu gerbang
ke-Islam-an seseorang. Sebuah pengakuan yang akan mengantarkannya kepada
kebebasan dan kemerdekaan dari penyembahan, kepatuhan dan ketundukan kepada
selain Allah SWT.
“Katakanlah
(hai orang-orang mu’min): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan
anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun
di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.(QS.Al-Baqarah(2):136).
Syahadat
adalah inti ajaran Islam yang mengajarkan keadilan dan persamaan hak. Manusia
disisi Allah adalah sama hanya ketakwaan yang membedakannya .
“ Dan
Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub.
(Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam”.(QS.Al-Baqarah(2):132).
Seorang
Muslim minimal 5 kali dalam sehari dalam shalatnya mengikrarkan sebuah janji
melalui doa Iftitah, yang mustinya diikuti dengan pelaksanaan janji tersebut
bahwa hidup dan matiku hanyalah untukMu, Yaa Allah.
“ Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu
bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS.Al-An’aam(6):161-163).